Friday, March 18, 2016

Review Anime Harem : Saenai Heroine no Sodatekata



Belum lama ini, ada orang yang mencari informasi tentang ‘anime romantis musim gugur.’ Hanya saja yang dimaksudkannya ternyata bukan ‘anime romansa yang keluar di musim gugur’, melainkan ‘anime romansa yang berlatar di musim gugur.’

Aku sempat agak kebingungan dengan ini. Yang latarnya di musim gugur? Memang apa ya?

Kalau musim dingin, sudah pasti itu Winter Sonata kan?

Baru belakangan aku sadar kalau mungkin yang dimaksudkannya adalah White Album 2. Itu seri romansa yang diangkat dari game yang juga mengangkat tema soal musik dan showbiz dalam ceritanya. Kalau tak salah, sebagian besar ceritanya memang berlangsung pas musim gugur, ditandai dengan banyaknya motif daun berguguran pada visualnya.

Tapi terlepas dari itu, berhubung sudah menjelang musim dingin, aku mau bahas Saenai Heroine (Kanojo) no Sodate-kata (ditulisnya ‘kanojo’, tapi dibacanya bisa ‘heroine’…eh, atau sebaliknya ya?). Ceritanya dibuat oleh Maruto Fumiaki, yang kebetulan juga menuliskan naskah untuk White Album 2. Seri ini juga dikenal dengan judul Saekano: How to Raise a Boring Girlfriend (‘bagaimana cara membesarkan pacar/gadis/tokoh utama wanita yang membosankan’), yang aslinya diangkat dari seri light novel karangan Maruto-sensei sendiri.

Eh? Kenapa aku memilih bahas ini ketimbang White Album 2?

Ukh, anggap aja aku juga punya alasanku pribadi! Ahahaha…

Terlepas dari itu lagi, seri ini dianimasikan oleh studio A-1 Pictures dengan jumlah episode sebanyak 13 (dengan adanya episode 0 sebagai prolog) dan tayang pada awal tahun 2015 ini. Sutradaranya adalah Kamei Kanta yang handal. Satu alasan lain yang sempat membuatku tertarik pada Saekano adalah karena arahan kuat beliau di seri Oreshura, Nanana’s Buried Treasure, serta tentu saja Usagi Drop.

(Mohon untuk tidak tertukar dengan Saikano, alias Saishun Heiki Kanojo, suatu seri romansa lawas lain yang tema ceritanya berbeda sama sekali).

Stealth

Saekano pada dasarnya berkisah tentang perjalanan sekelompok teman berusia SMA dalam memproduksi… galge game visual novel mereka sendiri.

Sebelum aku bahas lanjut, perlu aku sebutkan kalau tema cerita ini sebenarnya lumayan sensitif buatku. Alasannya karena di salah satu anime favoritku, NHK ni Youkoso!, ada subplot keren tentang bagaimana dua tokoh utamanya bertekad untuk bisa membuat galge game visual novel terhebat sepanjang masa. Subplot ini sayangnya enggak berujung ke mana-mana (perkembangan ini justru adalah salah satu inti ceritanya sih). Tapi aku kerap suka bertanya-tanya, bagaimana seandainya kalau mereka ternyata berhasil.

Lalu, Saekano muncul dan mengangkat tema serupa. Sehingga makanya aku agak…

Agak apa ya?

Yah, begitulah.

Intinya, aku tahu kalau pada satu titik, aku pasti akan tertarik dengan seri ini.

Cerita Saekano dimulai dari bagaimana Aki Tomoya suatu hari terinspirasi untuk membuat galge gamenya sendiri tersebut. Tomoya adalah seorang siswa kelas dua SMA yang notabene seorang otaku (dan karena blognya, sebenarnya lebih terkenal dan lebih berpengaruh dari bayangannya). Kejadian yang menginspirasinya terjadi pada saat liburan musim semi. Saat bersepeda di bukit di dekat rumahnya, Tomoya kebetulan menangkap topi milik seorang gadis cantik yang diterbangkan angin. Tomoya ingin bisa membuat game yang menghadirkan adegan kuat khas VN seperti yang terjadi dalam pertemuan sesaat itu.

(Terdengarnya mirip, tapi kejadiannya sebenarnya lumayan berbeda dari yang terjadi di seri klasik Kimagure Orange Road).

Maju cepat ke sebulan berikutnya, sekolah sudah mulai lagi di awal tahun ajaran baru. Tomoya sadar kalau dia ingin bisa mewujudkan cita-citanya, dia terutama perlu bantuan dari dua orang kenalannya yang sebenarnya saling tak akur. Dua orang tersebut adalah kakak kelasnya, Kasumigaoka Utaha, dan gadis blasteran yang merupakan teman masa kecilnya, Eriri Spencer Sawamura. Tapi sebelum itu sempat ia lakukan, Tomoya mendapati bahwa gadis cantik yang ia tangkap topinya pada libur musim semi itu ternyata bukan hanya satu sekolah dengannya, tapi juga satu kelas dengannya. Bahkan ia tahu siapa Tomoya, padahal Tomoya sendiri selama ini tak tahu namanya. Hanya saja, daya tarik gadis itu selama itu mungkin takkan pernah disadari Tomoya kalau bukan karena kejadian itu.

Nama gadis itu adalah Katou Megumi. Ia seorang gadis berambut sebahu yang kalau dilihat-lihat, sebenarnya cantik, tapi karena suatu alasan, sama sekali tidak menonjol. ‘Tidak menonjol’ dalam artian kehadirannya bahkan kerap tak disadari, atau bahkan dilupakan. Datar dan sama sekali tak berkesan.

Syok karena tak bisa menerima sumber inspirasinya ternyata aslinya orang seperti ini, Tomoya dengan semangat membara menyeret Megumi untuk ikut terlibat dalam proses produksi gamenya. Peran Megumi: menjadi model yang ideal dari tokoh utama wanita utama dari game yang akan mereka bangun (buset, terjemahan yang bagus buat main heroine itu apa?). Sekalipun untuk itu, Megumi sebelumnya harus ia ‘cuci otak’ dulu untuk mengenal dunia otaku.

Kenapa baru sekarang?

Premis cerita Saekano kurang lebih seperti di atas. Tapi apa yang membuat Saekano benar-benar bagus adalah berbagai hal lain di luar premis itu. ‘Berbagai hal lain’ tersebut tak langsung kelihatan dari episode 0 yang menjadi prolognya. Karenanya, di awal seri, cerita Saekano sekilas benar-benar seperti seri komedi romantis harem biasa.

Begitu melewati episode 0, yang bisa dibilang merupakan semacam bab ‘abstrak’ bagi ceritanya, baru daya tarik Saekano mulai kelihatan.

Jadi, Tomoya itu seorang otaku. Tapi dirinya bukan otaku biasa. Dia adalah maniak di antara para maniak untuk segala yang terkait kebudayaan visual Jepang. Lalu dirinya juga punya pengetahuan dan kemampuan yang membeking hal tersebut. Dirinya sehari-hari bekerja sambilan gila-gilaan bahkan untuk membayari hobi-hobinya. Dirinya punya blog yang ulasannya bisa sampai mempengaruhi penjualan suatu seri baru. Hanya saja, Tomoya sendiri enggak sadar dengan hal tersebut. Selama ini dirinya menganggap dirinya hanya orang biasa. Bahkan pada beberapa adegan, dirinya terlihat lumayan rendah diri dengan keadaannya.

Dia benar-benar karakter donkan. Karena itu dia tak bisa memahami betapa ajaib dan istimewa situasi dan sekelilingnya. (Sesuatu yang ironisnya, justru hanya disadari oleh Megumi seorang sebagai satu-satunya karakter non-otaku di antara mereka).

Dua orang gadis yang semula mau Tomoya mintai tolong sama-sama punya ‘masa lalu’ dengannya. Walau ‘masa lalu’ itu bukan dalam artian yang mungkin kalian bayangkan.

Kasumigaoka Utaha-senpai dikenal di sekolah sebagai murid teladan di sekolah yang memiliki kecantikan, kecerdasan, pembawaan sangat cool dan mengagumkan, serta lidah tajam yang kritis. Tapi dirinya sebenarnya juga adalah Kasumi Utako, pengarang light novel pendatang baru di bawah label Fushikawa Fantastic Bunko yang belum lama ini menuai kesuksesan besar dengan karya romansanya, Koisuru Metronome!

Sedangkan Eriri Spencer Sawamura, yang merupakan putri keluarga diplomat, dengan bapak orang Inggris dan ibu orang Jepang, selama ini dikenal sebagai sosok putri anggun dengan kecantikan menawan. Tapi dirinya sebenarnya juga adalah otaku rahasia penyuka game yang sekaligus pengarang doujin terkenal, Kashiwagi Eri dari grup Egoistic-Lily! (Ya, dia juga mengarang doujin dengan genre dewasa. Sori, aku lupa bilang. Meski tak sampai menjurus ke arah sana, ada lumayan banyak hal bertema dewasa yang beberapa kali disinggung dalam cerita).

Utaha-senpai, Eri, serta Tomoya, notabene sebenarnya merupakan tiga orang paling terkenal di sekolah mereka (meski tak satupun dari mereka kelihatannya menyadari hal ini). Lalu kita, dari sudut pandang Megumi, melihat berbagai kekocakan yang terjadi saat Megumi dengan sedikit kebingungan dipaksa turut terlibat dengan orang-orang ini.

Hubungan antara Utaha-senpai dan Eri sejak awal memang tak akur. Mereka memang bisa dianggap saingan, karena menjadi dua siswi paling cantik di sekolah. Tapi alasan sebenarnya mereka ‘saingan’ tak lain karena hubungan masa lalu yang mereka punya dengan Tomoya.

Singkat cerita, dua-duanya sama-sama (‘pernah’ dan ‘masih’) suka pada Tomoya. Situasi mereka sama-sama dijabarkan lebih lanjut pada sejumlah episode flashback.

Tapi makanya, sesudah sekian lama ‘sunyi’ dan tahu-tahu saja Tomoya menjalin kontak lagi dengan mereka, namun kali dengan membawa-bawa seorang gadis lain (Megumi) yang belum pernah mereka kenal, posisi keduanya langsung sulit. Ini terutama soal apakah mereka mau bantu atau tidak, karena tak bersedia membantu berarti memberi kesempatan pada saingan lain untuk ‘mengembat’ Tomoya. Sekalipun Tomoya sendiri, dengan segala antusiasmenya akan proyek ini, hampir bisa dibilang tak menyadari hal ini.

(Sekali lagi, sepertinya cuma Megumi seorang yang sepenuhnya menyadari apa-apa yang terjadi).

Membidik Musim Dingin

Saekano bisa dibilang adalah seri yang sangat meta. Maksudku, dengan bagaimana sisi fiksi dan nonfiksi dari ceritanya jadi saling bersinggungan dan mempengaruhi.

Ada banyak leluconnya yang sebenarnya lebih dibidik untuk para otaku. Karenanya, meski secara teknis bagus, dengan aspek drama yang benar-benar kuat, aku enggak benar-benar bisa merekomendasikannya untuk kalangan penonton awam. Soalnya banyak leluconnya yang mempelesetkan pola-pola yang sudah umum diketahui otaku, tapi mungkin takkan langsung dipahami oleh kalangan non-otaku. (…Itu juga yang jadi alasan kenapa semua reaksi Megumi jadi menarik sih)

Bicara soal teknisnya sendiri, seri ini banyak menggunakan warna-warni yang cerah. Daya tarik para karakternya lebih ditonjolkan melalui sikap dan interaksi mereka ketimbang desainnya. Tapi itu tak berarti visualnya tak bagus. Visualnya terbilang sangat bagus, malah. Cuma, kerennya di mana itu enggak terlalu kelihatan kalau kau cuma sekilas melihat. (Setelah kupikir lagi, kayaknya semua seri yang disutradarai Kamei-san memberi kesan seperti ini?)

Dari segi audio, seri ini menampilkan musik latar yang lumayan sejalan dengan gaya musik tipikal visual novel. Jenis pop ringan yang mencoba menampilkan nuansa kuat gitu, dengan kesan agak berulang. Tapi itu pas dengan temanya, dan justru jadi mengimbangi performa para seiyuu yang beneran terbilang keren. (Hyakkoku Hajime yang menangani musiknya, dengan Haruna Luna dan Sawai Miku membawakan lagu pembuka dan penutupnya)

Matsuoka Yoshitsugu, pengisi suara Kirito dari seri Sword Art Online, menampilkan apa yang menurutku merupakan salah satu performa terbaiknya sebagai Tomoya. Intensitas yang dibawakannya untuk hal-hal yang bagi kita enggak penting itu bisa luar biasa. Lalu Yasuno Kiyono, pengisi suara yang belum terlalu dikenal saat Saekano keluar, berperan keren dengan suara sangat datarnya sebagai Megumi.

Arahan dari Kamei-sensei benar-benar kelihatan dalam eksekusinya. Apa ya? Jadi ceritanya berakhir dengan beberapa subplot menggantung tapi ceritanya tetap terasa tuntas secara memuaskan. Lalu bahkan episode-episode tengahnya juga menampilkan kesan kuat gitu.

Ada satu adegan mengesankan ketika Megumi ditanya oleh Hashima Izumi yang kira-kira seperti ini:

H: “Eh, Katou-san, jadi kau bukan pacarnya? Kalau begitu hubungan kalian seperti apa?”
M: “Um, aku main heroine-nya.”
H: “Eeh? Maksudnya?”
M: “Ahaha. Aku juga tak yakin?”

Dengan cara ringan Megumi menanggapinya, adegan itu jadi kayak menyiratkan sejumlah hal sekaligus. Lalu itu juga jadi kayak bikin kita paham kenapa Megumi yang Tomoya pilih sebagai karakter utama, dan bukan yang lain.

Cerita animenya memaparkan bagaimana tim Blessing Software yang dibangun Tomoya akhirnya terbentuk, dengan upaya untuk bisa mengejar jadinya game mereka sebelum ajang Comicket musim dingin. Komposisi lengkapnya adalah:

  • Tomoya sebagai produser utama yang mencetuskan konsep, sehingga dia juga perlu belajar soal pemrograman.
  • Megumi, sebagai model tokoh utama wanita di gamenya, Kanou Meguri (belakangan Megumi belajar pemrograman juga).
  • Eri sebagai ilustrator utama yang mendesain karakter dan latar.
  • Utaha-senpai yang mematangkan naskah dari konsep yang telah digagas Tomoya.
  • Hyoudou Michiru, sepupu Tomoya dari sekolah lain sekaligus anggota grup band Icy Trail, yang bergabung sebagai anggota terakhir yang menangani musik.

Akhir kata, ini seri keren yang benar-benar lebih ditujukan bagi otaku.

Seri novel aslinya diterbitkan sejak pertengahan tahun 2012 di bawah label Fujimi Fantasia Bunko yang dimiliki penerbit Fujimi Shobo. Ilustrasi karakter aslinya yang keren dibuat oleh Misaki Kurehito. Lalu adaptasi manganya juga sudah ada lumayan lama, yang langsung diiringi dua seri manga spin off yang masing-masing berfokus pada Utaha dan Eriri. Pada tahun ini juga mulai terbit seri novel spin off lain yang menampilkan sisi cerita dari para karakter perempuannya. Jadi kurasa seri ini tetap terbilang populer.

Mungkin seri ini tak perlu season 2. Tapi kalau season dua itu ada, aku yakin penggemarnya takkan mengeluh.

Seperti yang bisa dibayangkan, selain drama persahabatan dan romansa, ada banyak tema soal kerja keras yang diangkat, terutama dalam soal mengejar dan mewujudkan cita-cita. Ada sesuatu yang keren dengan bagaimana Tomoya bekerja sambilan ekstra keras untuk apa yang disukainya. Atau pada bagaimana Utaha-senpai dan Eri kerap begadang untuk membereskan karya masing-masing.

Terkait Saekano, aku pribadi jadi teringat dengan seorang sahabatku yang mempertahankan suatu hubungan tak jelas dengan salah seorang teman perempuannya. Sahabatku ini memang kayak… susah buat enggak bersikap kayak gitu, karena suatu hal yang terjadi di masa lalunya. Makanya dia juga kerap pakai kesibukan kerjaannya sebagai alasan untuk tak mengejar dulu soal hubungan. Padahal dirinya sendiri jelas-jelas kesepian.

Lalu aku jadi mulai membanding-bandingkan sahabatku ini dengan karakter Tomoya, yang dari satu sudut pandang tertentu, juga jadi kayak mempertahankan hubungan enggak jelas sembari mengejar cita-citanya. Aku jadi kerap mikir, apa enggak apa-apa bila sahabatku dibiarkan kayak gini? Apa sikapnya bisa dibenarkan? Apa bukannya dia sama saja dengan Tomoya?

Sampai akhirnya aku tersadar: berbeda dari sahabatku, Tomoya sejak awal telah memilih heroine utamanya siapa.

Dan aku jadi merasa, waktuku untuk memilih juga kian dekat.

0 comments: